19 March 2013

Penjahat Di Jaman Edo Seringkali Dapatkan Hukuman Dengan Ditato Di Wajah Mereka



Sepanjang sejarah, Jepang telah memiliki hubungan yang kompleks dengan tato. Tidak seperti di sebagian besar negara barat dimana tato hanya dianggap sebagai bentuk ekspresi atau keputusan yang salah, saat ini seni tubuh secara umum dipandang rendah dalam masyarakat Jepang walaupun mereka memiliki beberapa seniman dan teknik terbaik di dunia.
Dan masyarakat Jepang tidak menyadari bahwa belum terlalu lama, di Jaman Edo (1603-1868), hukuman yang dijatuhkan untuk kejahatan yang tidak keji adalah diberi sebuah tato tepat di tengah dahi kita.
Disebut “hukuman tato” (irezumi kei), hukuman tersebut diberikan kepada pelaku kejahatan yang relatif ringan seperti pencurian atau perampokan. Hukuman ini juga digolongkan sebagai hukuman fisik, sama seperti hukuman cambuk.
Seringkali hukuman tersebut diikuti oleh pengusiran dari daerah asal sang penjahat. Ini berfungsi sebagai pencegah baik karena rasa sakit karena mendapatkan tato wajah kita dan tampil di depan umum sebagai penjahat sepanjang sisa hidup kita.
Hal itu juga bertujuan untuk pencatatan. Seperti dapat kita lihat dari foto di atas dan bawah, jenis tato yang diberikan dipilih oleh tiap daerah masing-masing. Dengan cara ini orang dapat mengetahui di daerah mana penjahat tersebut mendapatkan hukuman.
Juga di baris bawah gambar kita dapat melihat semacam kebijakan tiga goresan di Hiroshima dimana setiap kejahatan akan mendapatkan satu goresan tato dari karakter Cina untuk “besar” (大). Di kebanyakan daerah, jika penjahat tersebut mengulangi kejahatannya, maka hukumannya adalah hukuman mati.

Tato di Jepang dapat ditelusuri kembali ke jaman Jomon dan Yayoi (14.000 SM – 300 M) saat tato dipercaya memegang makna mistis. Setelah itu budaya tato seakan menghilang hingga pada Jaman Edo dimana budaya tato kembali dengan cara yang sangat berbeda.
Tidak terdapat satu pun penjara di Jaman Edo hingga masa pengembangan kota-kota besar seperti Osaka dan Edo (Tokyo) yang mengarah pada peningkatan kejahatan. Sebelum itu, amputasi hidung atau telinga adalah hukuman pada masa itu.
Pada tahun 1745, hukuman tato menggantikan hukuman amputasi saat masyarakat berubah menjadi lebih lembut dan tidak terlalu haus darah lagi. Hal ini berlanjut selama bertahun-tahun dengan tato di wajah perlahan-lahan berganti menjadi tato di tangan, yang terlihat lebih tidak memalukan bahkan cukup modis untuk standar masa kini.


Pada tahun 1872, pemerintahan Jepang yang baru dibentuk menghapuskan hukuman tato selama-lamanya.
Anehnya, sejak pertengahan tahun 1800-an hingga saat ini, seni tubuh tiba-tiba muncul lagi menjadi sebuah tren di masyarakat Jepang. Dan dengan banyaknya orang yang terlihat menggunakan tato di jalanan di kota-kota besar di Jepang, mungkinkah ini menjadi sebuah tanda kembalinya tren tato.






No comments:

Post a Comment